Buat kalian yang
sedang dan akan mengalami persalinan, tentunya terselip sedikit rasa
kekhawatiran saat bersalin tiba. Termasuk gue! Rasa deg-deg’an, terharu, sedih,
senang, semua tercampur jadi satu dan tidak bisa di ekspresikan ‘menurut gue’.
Kala itu, usia
kehamilan gue memasuki usia 39 minggu, berat si anak bayik sudah mencapai 3 kg
dan air ketuban sudah 4,7. Cukup riskan untuk lama-lama menahan si anak bayi
untuk mencapai usia 41 minggu.
“sudah mules belom?”
Tanya dokter ke gue, saat periksa hari itu.
“belom dok” jawab
gue singkat, sambil sesekali menahan rasa nyeri pada bagian miss v
“coba berhubungan
ya, spermanya buang didalam. Biar micu kontraksi. Mau induksi buatan apa
induksi alami?” Tanya dokter sambil meledek dan sedikit tertawa. Tidak bermaksud
untuk menakut-nakuti. Tapi, dokter gue ini, amat sangat pro normal. Beliau
sangat mendukung gue untuk bisa melahirkan si buahcinta dengan proses normal.
Semangatin gue dan si ayah, untuk berjuang bareng.
“kalau sabtu ini
belum mules juga, induksi buatan ya. Langsung masuk UGD. Saya buatkan surat
pengantar.”
Sabtu 23 Februari
2019
Pagi hari nya gue
belom juga mules, gak ada rasa kontraksi, gak ada rasa gimana-gimana. Dan gue
memutuskan untuk induksi buatan. Karena takut si anak bayi didalam keracunan
ketuban. BTW, Ketuban gue belom rembes, semua masih berjalan dengan mulus.
Kata orang melahirkan
anak pertama, biasanya akan lebih lama. Terlebih, ini anak lelaki. Yang akan
lebih lama keluar dari dalam kandungan. Biasanya, anak pertama akan mencari
jalan keluar dan cenderung lebih memakan proses yang cukup memakan waktu.
Meskipun posisi kepala sudah masuk panggul dan sudah pembukaan satu, tapi tetep
aja si anak bayi masih anteng tak berkutik dan belum memberikan sinyal-sinyal
kalau ia akan lahir.
Gue langsung masuk
UGD di RS. Ananda Makassar dengan dokter yang amat sangat gue cintai dan percayai!
Dr. Dachlia Sri Sakti Sp.OG
Berhubung dokter
Dachlia praktek jam 4 sore, jadi dokter di UGD berkonsultasi terlebih dahulu
dengan dokter Dachlia, menunggu tindakan apa yang harus dilakukan saat itu.
Singkat kata, gue menunggu kedatangan dokter Dachlia jam 4 sore, beliau langsung
memberikan gue induksi buatan ‘sebuah obat kecil yang digunting, kemudian
dimasukan kedalam miss v’. Gue gak bisa liat gimana bentuk obatnya karena perut
yang membesar menutupi pandangan gue saat itu, cuma mamas suami yang liat
bentuknya dan dia gak tega liat gue ‘di induksi buatan , karena kata orang induksi buatan itu sakit’
Gue dikasih obat
jam 4 sore (selama satu jam gak boleh bergerak) dan harus miring ke kiri, untuk
mempercepat proses si anak bayi menuju jalan keluar. Setelah satu jam, gue
boleh turun dari tempat tidur dan diwajibkan banyak gerak. Proses obat induksi
buatan diperkirakan bereaksi selama 6 jam kedepan. Jikalau dirasa tidak ada
perubahan, gue wajib melaporkan kedokter. 6 jam kedepan berarti , jam 10 malam
gue harus melapor lagi. Oke syip!
Jam 6 sore gue
jalan-jalan di area ruang bersalin. “ALLAHUAKBAR” “AAAAAAAAAAAAAA”, “SAKIIIITT”,
“ALLAHUAKBAR”!! terdengar teriakan-teriakan histeris para ibu-ibu yang berjuang
dengan taruhan nyawa. Gue nangis! Dipelukan mamas! Sedikit rasa takut
menghantui gue. “eeeyaaa eyaaa” beberapa kali tangisan bayi yang ikut pecah
mengikuti teriakan sang ibu sempat gue dan mamas dengar.
Gue masih berjuang,
jalan sana, jalan sini, lari kecil, senam, pokoknya gue gak bisa diem hampir 4
jam. “yahhh, aku gak mules-mules” curhat gue ke ayahnya si anak bayi. Dan
akhirnya , si ayah melapor ke suster jaga. Dosis obat induksipun diberikan,
jadi “GUE DUA KALI DIKASIH OBAT INDUKSI”, lewat missv. Dan mulespun gak kunjung
datang.
Jam 4 pagi, si anak
bayi belum juga kontraksi, belum mules, gak ada rasa sakit dan gak ada rasa
apapun. Kalau kata orang di induksi buatan itu sakit, JUJUR. Gue gak merasakan
itu. Dan ekspetasi gue tentang induksi buatan luruh sudah “Yang Katanya Amat
Sangat Sakit’ nyatanya, sama sekali gak bereaksi apapun. Tapi tiba-tiba. Pyaaarrrrrrrrrrrrrrrr! Air ketuban gue
rembes, setelah mba suster memasukan obat induksi buatan tadi.
Gue gak dibolehin
turun dari tempat tidur, takut rembesan ketuban keluar makin banyak, dan takut
si anak bayi keracunan juga. Gue cinta banget sama si ayahnya anak bayi! Doi
rela buang pipis dan ngurusin gue, huhuhu, maacih yah! 💋😘 Setelah rembesan ketuban
keluar, mules belum juga datang. Akhirnya si ayah melapor ke mba suster, mba
suster pun konsultasi dengan dokter Dahlia yang sedang melakukan operasi pada
jam 4 pagi.
Singkatnya, dua
obat induksi lewat miss v gak mempan, dan akhirnya gue dikasih obat induksi
lewat infus. Ini percobaan induksi ke tiga kalinya. Jam menunjukan 7 pagi, gue
belom juga mules. Ya Allah. Ini tubuh gue yang baal? anak gue yang kuat? apa
emang obatnya kurang mantul? Ibu gue, Ibu mertua dan Bapak mertua gak tega liat
kondisi gue yang gak bisa berkutik dari tempat tidur dan mereka amat sangat khawatir
kalau cucunya keracunan air ketuban.
“kalian harus
putuskan sekarang juga, ini demi anak kalian” kata-kata itu terngiang-ngiang di
kepala gue. Niat lahiran normal pupus, setelah induksi 3 kali yang gak
membuahkan hasil. Gak mules, gak kontraksi, ketuban rembes akibat mba-mba
suster yang nyundul ketuban, agak sedikit
nangis, bingung* Akhirnya gue dan ayahnya si anak bayi memutuskan untuk
lahiran sc. Suster sempet nanya berkali kali, “yakin gak mau normal? Gak mau coba lagi? Emang gak kuat”, agak ingin
menitikan air mata, tapi gue pasrahin semuanya ke Allah.
Gue gak tega juga
liat eyang-eyangnya si anak bayi yang khawatir sama cucu pertama mereka. “Ibu
yakin kamu kuat nahan rasa sakit, tapi kamu harus pikirin juga kondisi si anak
bayi di dalam. Dia kelilit tali pusat, ketuban juga udah rembes”
Jam 9 gue masuk
ruang operasi, jam 11 gue keluar ruang operasi dan dibawa keruang pemulihan,
jam 5 sore gue udah di ruangan pasien dengan si anak bayi disamping gue.
Intinya, gue mau ceritain pengalaman gue. Kalau induksi buatan itu, belum tentu
sakit. Tapi semua balik lagi ke kondisi tubuh masing-masing. Setiap tubuh
individu berbeda-beda terhadap reaksi obat tertentu. Bisa jadi reaksi gue
lambat dan baal, dengan 3 obat induksi buatan “GUE GAK MERASAKAN APAPUN”
dr. Dachlia sama si anak bayi
" anak bayi sengaja gue stikerin ;D "
Mau lahiran normal,
mau lahiran SC! Kalian tetap menjadi seorang ibu ! I love you mom!