6/05/2016

Mengenal Lebih Dekat Sosok Soekarno

Gue bukan cicitnya Soekarno, Gue juga bukan cucunya, Apalagi anaknya. Bukan. Tapi, tulisan ini gue dedikasikan untuk para fans garis keras Soekarno dan Rakyat Indonesia dimanapun kalian berada, yelah strid sok iye lu, hihihi. Sebelumnya gue minta maaf kalau kesotoyoan gue ini terdapat banyak kesalahan dimana-mana "Mohon Maaf yang sebesar-besarnya", kebetulan juga hari ini bertepatan dengan hari pertama kita puasa, sekalian lah "Mohon Maaf Lahir dan Batin, kalau selama ini banyak kata-kata gue yang melukai perasaan kalian, sungguh saya manusia tempat nya salah dan Kebenaran hanya milik Allah SWT semata."

Tsaelaah sadees gak tuh. Teruus kok, tumben strid nulis Bung Karno? Why? Karena, BESOK adalah hari ulang tahun beliau dan Gue sangat kagum sama sosok beliau. Gue mengaggumi beliau dari SD. Jadi setiap Pelajaran Sejarah, gue selalu dengerin dengan seksama guru gue pas lagi ngejelasin.

Sumber foto google

Dan, Entah kenapa rasanya gue pengen banget ketemu mereka dan mau bilang “Terima Kasih ya Pak, Terima Kasih ya Bu, karena Kalian Indonesia bisa seperti sekarang ini”, Kebayang gak kalau Indonesia sekarang masih dijajah sama yang namanya Belanda, Jepang, Portugis? Lo gak bisa bebas ngelakuin apapun yang lo suka, boro-boro berekspresi, Ga mungkin bisa kita Main Facebook- Twitter- Instagram sambil selfie, yang ada lo cuma bisa kerja rodi, tanam paksa dan jadi budak SE* ohmaygit, Rasa syukur gue begitu besar terhadap mereka para pahlawan-pahlawan kita terdahulu.

Kemarin di bulan Mei, Gue yang lagi bantuin Ibu bikin iwak peyek, tiba-tiba ikut nimbrung sama Bokap yang sedang asik nonton Pak Jokowi Dodo lagi pidato di tipi, sembari memperingati Hari Lahir Pancasila di Bandung. Sumpah! Gue merinding disko, denger Pak Jokowi pidato dan denger peran penting Soekarno waktu bacain Pancasila. Rasa kagum gue muncul lagi menggebu-gebu. Dulu gue pernah nulis tentang Soekarno, tapi kali ini gue serius pengen nulis lagi tentang beliau.

Ade gue yang lagi libur sekolah nyeletuk tiba-tiba ke Ibu "Itu negara lain gak punya pancasila kasihan ya bu", dan Ibu bilang sambil ngegoreng iwak peyek, "Makanya kamu bersyukur Indonesia punya Pancasila", gue yang mengamati percakapan mereka sesekali memejamkan mata dan bersyukur "Ya Allah, terima kasih ya Allah", mungkin lo akan bilang gue lebay, tapi yang ini serius tau.

Gue juga terkagum-kagum sama Pak Ridwan Kamil, Ibu Risma, Pak Antasari, Almr.Munir, Pak Ahok dan tentunya Pak Jokowi. Ya, itu pendapat gue sih. Meskipun berbeda-beda pendapat kita, mau apapun ras lo, suku lo, please jangan merusak dan mengabaikan makna dari "Bhinneka Tunggal Ika" yang jadi semboyan INDONESIA.

Gue paling gak suka kalau ada yang bilang "Gue Islam", "Gue Kristen", "Gue Budha", "Gue Hindu", "Gue Protestan, Gue Khatolik", "Gue Konghucu", yang mengotak-ngotakan dan hanya ngebela orang yang sesuku, orang yang seagama aja, atau orang yang sekampung halaman aja. Yakin deh, kalau kalian masih rasis begini INDONESIA gak akan bisa maju.

Yah apapun agama kalian, dari mana kalian berasal kita tetap satu "INDONESIA", Kita lahir dan besar di Indonesia, kita pakai tanahnya, kita minum airnya, kita cuci baju - buang limbah airnya, kita beribadah, kita mengenyam pendidikan, kita cari makan di satu tempat yang sama, yaitu Indonesia.


 Sumber foto google

 Sumber foto google


Sumber foto google

Kenapa masih ada aja yang haus Jabatan dan kekuasaan, demi memperkaya diri sendiri dan gak perduli sama orang lain dengan cara kotor, suap sana - suap sini, todong sana-todong sini dan menghalalkan segala cara?

Kenapa masih ada aja yang curi duit rakyat dan menggelapkan pajak?

Kenapa masih ada aja yang mengatasnamakan Agama untuk  Kepentingan pribadi atau golongan, namun seringkali disalah gunakan?

Kenapa masih ada aja yang bilang mau ngebela rakyat kecil nyatanya itu cuma omong kosong dan janji-janji sebelum mereka menjabat?

Kenapa masih ada aja orang yang hidupnya rasis?

Kenapa masih ada aja orang-orang yang gak cinta sama Indonesia dan gak menginginkan perdamaian di Indonesia?

Kenapa kita gak bisa hidup berdampingan, mengenyampingkan kepentingan pribadi hanya untuk mendapatkan kepuasan tersendiri. Bukannya bersama-sama saling gotong royong seperti yang diajarkan guru kita saat pelajaran PPKN, mensejahterakan RAKYAT INDONESIA hingga menjadi Negara yang tentram, damai dan menjadi Indonesia yang Lebih Hebat?

Mungkin masih banyak yang lupa dengan kata-kata Soekarno tentang isinya kuranglebih seperti ini "Jangan sampai ada perang saudara diantara kita, karena perang saudara sangat diinginkan oleh mereka, pihak asing agar mudah memecahbelah kita bangsa Indonesia". Gue yakin, para pahlawan bakalan sedih ngeliat mereka para penjahat yang bisanya menggencet rakyat kecil. Para pencuri uang rakyat untuk kepentingan perut dan hidup bermewah-mewah sendiri? Mereka pasti sedih!

 Sumber foto google

Aduh, lose control, udah keluar jalur kayanya gue, hahaha, gue agak gemas dan geram aja akhir-akhir ini sama dunia politik Indonesia. Meskipun gue gak ngerti apa-apa tentang dunia mereka, tapi setidaknya gue cukup ikutin perkembangan mereka dari tv lho. Gue mungkin cuma secuil upil untuk mereka tapi gue agak gemas kalau mereka ngelakuin sesuatu yang jahat sama rakyat INDONESIA. Ya kan Bung?

Meskipun "KATANYA" istri beliau ada banyak dan dimana-mana dan ada aja pemberitaan yang bilang kalau Bung Karno itu "suka main perempuan", gue sih ya bodo amat lah ya. Itu urusan pribadi mereka. Ya, walaupun gue paling GAK SUKA sama cowok yang suka mainin perasaan perempuan, apalagi poligami, dan sejenisnya. Gue menolak keras. Bukan nya gue ga mau ikutin ajaran rosul yang bilang wanita harus mau di poligami dan jadi istri solehah yang mau berbagi, tapi sorry to say, gue belum sampai pada tahap itu. Menurut gue cinta itu gak bisa di bagi, cinta itu gak ada yang adil dan gue EMANG orang yang egois. Gue mau pasangan gue seutuhnya buat gue, pasangan gue, Gak boleh berpaling! strid jangan curhat

Gue akan sedikit menguraikan siapa-siapa aja wanita yang pernah dinikahi oleh Bung Karno, sedikit aja kok.

“Siti Utari Tjokroaminoto, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Kartini Manoppo, Naoko Nemoto yang kemudian berganti nama menjadi Ratna Sari Dewi, Haryati, Yurike Sanger, dan Heldy Djafar, demikian nama kesembilan bunga hati Sukarno.” Sumber

Siti Oetari Tjokroaminoto adalah putri sulung Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam sekaligus merupakan istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno. Soekarno menikahi Oetari diusianya saat belum genap 20 tahun. Siti Oetari sendiri waktu itu berumur 16 tahun. Soekarno menikahi Oetari pada tahun 1921 di Surabaya. Sewaktu itu Soekarno menumpang di rumah HOS Tjokroaminoto ketika sedang menempuh pendidikan di sekolah lanjutan atas. Beberapa saat sesudah menikah, Bung Karno meninggalkan Surabaya, pindah ke Bandunguntuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di THS (sekarang ITB). Soekarno kemudian menceraikan Oetari secara baik-baik.
 
 
 Sumber foto google

 Sumber foto google
Inggit Garnasih (lahir di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 17 Februari 1888 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 13 April 1984 pada umur 96 tahun. adalah istri kedua Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. Mereka menikah pada 24 Maret 1923 di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung. Pernikahan mereka dikukuhkan dengan Soerat Keterangan Kawin No. 1138 tertanggal 24 Maret 1923, bermaterai 15 sen, dan berbahasa Sunda. Sekalipun bercerai tahun 1942, Inggit tetap menyimpan perasaan terhadap Soekarno, termasuk melayat saat Soekarno meninggal.

  Sumber foto google

Fatmawati yang bernama asli Fatimah (lahir di Bengkulu, 5 Februari 1923 – meninggal di Kuala Lumpur, Malaysia, 14 Mei 1980 pada umur 57 tahun). adalah istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.

 Sumber foto google

 Sumber foto google

  Sumber foto google

  Sumber foto google

Sumber foto google

 Sumber foto google
 
  Sumber foto google

Sumber foto google

 
  Sumber foto google


Apa cuma perasaan gue doang, Bung Karno dari jaman ke jaman mukanya selalu berbeda-beda? Mulai dari hidung, bibir dan telinga? Embuh lah, kalau ada yang tau perbedaan nya coba comment gaes. Dan setau gue, kulit mungkin akan menua, tapi ciri fisik gak akan berubah yekan? Ibu Fatmawati aja gak ada perbedaan lho, masih tetap sama cantiknya dari jaman ke jaman.

HARTINI - Tahun 1952 di Salatiga, Hartini berkenalan dengan Soekarno yang rupanya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat itu Soekarno, dalam perjalanan menuju Yogyakarta untuk meresmikan Masjid Syuhada. Setahun kemudian, Hartini dan Soekarno bertemu saat peresmian teater terbuka Ramayana di Candi Prambanan. Melalui seorang teman, Soekarno mengirimkan sepucuk surat kepada Hartini dengan nama samaran Srihana.

Dua hari setelah Guruh Soekarno Putra lahir, tanggal 15 Januari 1953, Soekarno meminta izin Fatmawati untuk menikahi Hartini. Fatmawati mengizinkan, namun kemudian menyebabkannya menuai protes dari berbagai organisasi wanita yang dimotori Perwari yang anti poligami. Soekarno dan Hartini akhirnya menikah di Istana Cipanas, 7 Juli 1953.

Tahun 1964 Hartini pindah ke salah satu paviliun di Istana Bogor. Pada masa tahun 1950-an, saat nasionalisme dan revolusi sangat kuat mewarnai citra diri Soekarno, membuat peran Hartini di Istana Bogor sangat besar dan ia menjadi satu-satunya istri yang paling lama bisa bertemu dengan Soekarno. Hartini telah mengisi paruh kehidupan Soekarno. Dia lambang perempuan Jawa yang setia, nrimo, dan penuh bekti terhadap guru laki. Hartini meninggal di Jakarta 12 Maret 2002 dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak.

Sumber foto google


Sumber foto google
Sumber foto google

 Sumber foto google

 Sumber foto google
 
Soekarno dan Hartini di Istana Bogor, 1965

Kan, lagi-lagi wajah Bung Karno Berbeda. Apa cuma perasaan gue aja sih ini? Mohon Maaf bung, hidung bung disini berbeda sepertinya.

Kartini Manoppo (1939-1990) adalah istri Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. Kartini merupakan wanita asal Bolaang Mongondow, Sulawesi. Dia terlahir dari keluarga terhormat. Kartini Manoppo pernah bekerja sebagai pramugari Garuda Indonesia. Soekarno dan Kartini Manoppo bertemu saat melihat lukisan karya Basuki Abdullah. Sejak saat itu, Kartini Manoppo tak pernah absen tiap kali Soekarno pergi ke luar negeri. Soekarno dan Kartini Manoppo kemudian menikah pada tahun 1959. Keduanya dikarunia anak bernama Totok Suryawan Sukarno pada tahun 1967.

 Sumber foto google

Ratna Sari Dewi Soekarno (lahir dengan nama Naoko Nemoto (根本七保子 Nemoto Naoko) di Tokyo, 6 Februari 1940; umur 76 tahun) adalah istri Soekarno yang merupakan Presiden Indonesia pertama. Dewi menikah dengan Soekarno pada tahun 1962 ketika berumur 19 tahun dan mempunyai anak yaitu Kartika Sari Dewi Soekarno. Dewi berkenalan dengan Soekarno lewat seorang relasi ketika Bung Karno berada di Hotel Imperial, Tokyo. Menjelang redupnya kekuasaan Soekarno, Dewi meninggalkan Indonesia. Setelah lebih sepuluh tahun bermukim di Paris, sejak 1983 Dewi kembali ke Jakarta. Pada 2008, ia kembali ke Jepang dan menetap di Shibuya, Tokyo,

 Sumber foto google

Sumber foto google

Sumber foto google

 Sumber foto google

Haryati adalah istri keenam Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. Sebelum menikah dengan Soekarno, Haryati adalah mantan penari istana sekaligus Staf Sekretaris Negara Bidang Kesenian. Soekarno dan Haryati akhirnya menikah pada tanggal 21 Mei 1963. Namun pada tahun 1966, Haryati diceraikan tanpa anak. Soekarno beralasan sudah tidak cocok. Saat itu, Soekarno juga sedang dekat dengan Ratna Sari Dewi Soekarno.

"Kami menikah di Jakarta bulan Mei 1963 dan Bapak berpendapat, sangat bijaksana kalau pernikahan ini tidak usah diumumkan kepada masyarakat luas. Kami berdua saling mencintai, tetapi menghadapi berbagai kesulitan. Selain itu, Bapak sudah mempunyai tiga istri dan usianya sekarang 63 tahun, sedangkan saya baru 23 tahun," ujar Haryati. 


Sumber foto google

 Sumber foto google

Yurike Sanger adalah istri Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. Pertama kali Presiden Soekarno bertemu dengan Yurike Sanger pada tahun 1963. Kala itu Yurike masih yang masih berstatus pelajar menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara Kenegaraan. Pada 6 Agustus 1964, Soekarno dan Yurike Sanger menikah secara Islam di rumah Yurike dengan berjalan singkat. Pertemuan itu rupanya langsung menarik perhatian Sang Putera Fajar. Perhatian ekstra diberikan sang presiden kepada gadis bau kencur itu, mulai dari diajak bicara, duduk berdampingan sampai diantar pulang ke rumah. Rupanya, benih-benih cinta sudah mulai di antara keduanya.

Singkat waktu, Bung Karno menyatakan perasaannya dan menyampaikan ingin menikah dengan sang pujaan hati. Seutai kalung pun diberikan ke Yurike. Akhirnya, Bung Karno menemui orangtua Yurike. Pada 6 Agustus 1964, dua anak manusia yang tengah dimabuk cinta itu menikah secara islam di rumah Yurike. Kondisi Soekarno pada 1967 yang secara de facto dimakzulkan sebagai presiden, berdampak pada kehidupan pribadi. Soekarno yang menjadi tahanan rumah di Wisma Yoso menyarankan agar Yurike meminta cerai.

  Sumber foto google

Heldy Djafar (lahir di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Provinsi Borneo, Indonesia, 11 Juni 1947; umur 68 tahun) adalah istri kesembilan Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. Heldy Djafar lahir dari pasangan H Djafar dan Hj Hamiah. Ia bungsu dari sembilan bersaudara. Ia menikah dengan Soekarno pada tahun 1966. Kala itu Soekarno berusia 65 tahun sementara Hedly Fadjar berusia 18 tahun. Saksinya Ketua DPA Idham Chalid dan Menteri Agama Saifuddin Zuhri. Pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun. Kala itu situasi politik sudah semakin tidak menentu. Komunikasi tak berjalan lancar setelah Soekarno menjadi tahanan di Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto. Heldy sempat mengucap ingin berpisah, tetapi Soekarno bertahan. Soekarno hanya ingin dipisahkan oleh maut.

Akhirnya, pada tanggal 19 Juni 1968, Heldy yang berusia 21 tahun menikah lagi dengan Gusti Suriansyah Noor, keturunan dari Kerajaan Banjar. Kala itu Heldy yang sedang hamil tua mendapat kabar Soekarno wafat. Soekarno tutup usia pada tanggal 21 Juni 1970, dalam usia 69 tahun.

Sumber foto google

Lanjutss, Terlepas dari siapa-siapa saja istri beliau, kenapa istrinya banyak? itu urusan pribadi masing-masing orang. Gue juga gak mau ikut tjampur yang jelas. Rasa kagum gue kepada beliau gak berkurang sedikitpun. Dan, tau gak sih lo? Gak cuma gue aja yang kagum sama sosok Bung Karno, bahkan di luar negri pun beliau sudah terkenal dan merupakan salah satu sosok yang berpengaruh dan dikagumi lho. Misalnya aja, diluar negeri banyak lho yang mengabadikan nama beliau lewat sebuah "Nama Jalan".

Ahmed Soekarno - Mesir
Pribadi Soekarno begitu membekas di hati Presiden Mesir kala itu Gamal Abdul Naseer. Puncaknya ketika Konferensi Asia Afrika, keduanya semakin dekat. Berkat aktifnya Soekarno dalam lembaga perdamaian ini, nama Soekarno pun dibubuhkan untuk jalan di Mesir. Letaknya bersebelahan dengan Jalan Sudan, Daerah Kit-Kat Agouza Geiza. Uniknya, nama jalan ini menjadi Ahmed Soekarno. Tujuannya tak lain, untuk membuktikan bahwa Presiden pertama Indonesia ini beragama Islam. 

https://fahrurrozizawawi.wordpress.com/2011/08/14/nama-jalan-ahmad-soekarno-di-mesir/

Rue Sukarno - Maroko
Berkat peran aktifnya di Konferensi Asia Afrika, lagi - lagi Soekarno mendapatkan penghargaan dari tanah Afrika. Selain Mesir, Maroko juga menjadi negara yang mengabadikan nama Soekarno menjadi jalan di Rabat, Maroko. Bahkan jalan ini langsung diresmikan sendiri oleh Soekarno bersama dengan Raja Muhammad V pada 2 Mei 1960. Semula jalan ini bernama Sharia Al-Rais Ahmed Soekarno namun sekarang dikenal dengan Rue Sukarno.

Sumber foto google

Sumber foto google

Soekarno Square - Soekarno Bazar, Pakistan
Hubungan Pakistan dan Indonesia amat dekat saat Orde Lama. Saat itu Soekarno berjasa pada Pakistan dengan mengirimkan TNI untuk membantu pengamanan Pakistan saat berperang melawan India.? Sebaliknya, pada saat konfrontasi militer Indonesia-Belanda, dikomandoi Quaid Azzam Ali Jinnah, tentara Pakistan mampu menahan pesawat Belanda yang saat itu singgah di Pakistan. Berkat peristiwa-peristiwa tersebut,Pakistan pun mengabadikan nama Soekarno di dua tempat penting di Pakistan yakni Soekarno Square Khyber Bazar di Peshawar, dan Soekarno Bazar, di Lahore.
 
Sumber foto google

Masjid Biru di St. Petersburg
Umat muslim di Rusia memang patut berterima kasih pada Soekarno. Berkat pembicaraan Soekarno dengan Presiden Nikita Kruschev, gudang senjata di St Petersburg kembali ke fungsi awalnya yakni masjid. Hal ini tentukah bukan kebetulan, Soekarno yang kala itu mengunjungi St. Petersburg melihat masjid biru di St. Petersburg telah berubah fungsi menjadi gudang senjata. Prihatin, Soekarno pun lantas membicarakan masalah ini ditengah pembicaraan bilateral dengan Rusia. Tak disangka kabar gembira pun menghampiri Soekarno, meski saat itu berstatus sebagai negara komunis nyatanya Rusia pun memperhatikan saran Soekarno dan mengembalikan fungsi tempat ini menjadi masjid. 


Sumber foto google


  

Sumber foto google



Sumber foto google

Perangko Soekarno – Kuba
Tahun 2008 lalu, pemerintah Kuba menerbitkan perangko seri Bung Karno dengan Fidel Castro dan salah seorang pemimpin gerilya Kuba kelahiran Argentina, Che Guevara. Perangko bernilai historis dan patriotik itu, diterbitkan untuk mengenang hubungan diplomatik kedua negara, sekaligus berkenaan dengan perayaan HUT ke-80 Fidel Castro.

Bung Karno mengunjungi Havana, Kuba, pada tanggal 9 hingga 14 Mei 1960. Ia menjadi kepala negara pemerintahan asing pertama yang mengunjungi Kuba setelah Revolusi 1959. Di bandara udara, Bung Karno yang dianggap ikut menginspirasi revolusi Kuba disambut oleh tokoh-tokoh penting Kuba selain Presiden Osvaldo Dorticos, Perdana Menteri Fidel Castro Ruz, dan Gubernur Bank Nasional Che Guevara juga Menteri Luar Negeri Dr. Raul Roa Garcia.

 
Sumber foto google

Sumber foto google

 Sumber foto google

Kannn, diluar negri aja Bung Karno udah terkenal banget. Mereka bahkan mengabadikan Nama Bung Karno di beberapa bagian jalan dan sebuah perangko. Masa kita yang udah di perjuangin sama beliau gak menghargai jasa-jasa beliau?

 

"Presiden Soekarno adalah korban peristiwa G30S/PKI karena akibat dari peristiwa tersebut kekuasaan Presiden Soekarno dicabut melalui TAP MPRS XXXIII Tahun 1967 tertanggal 12 Maret 1967 dengan tuduhan bahwa Presiden Soekarno telah mendukung G30S/PKI. 

Dalam Pasal 6 TAP MPRS tersebut, Pejabat Presiden Jenderal Soeharto diserahkan tanggung jawab untuk melakukan proses hukum secara adil untuk membuktikan kebenaran dugaan pengkhianatan Presiden Soekarno tersebut, namun hal tersebut tidak pernah dilaksanakan sampai Presiden Soekarno wafat tanggal 21 Juni 1970.

Melalui TAP MPR No I Tahun 2003 tentang Peninjauan Kembali Materi dan Status Hukum TAP MPRS/MPR sejak Tahun 1960-2002, TAP MPRS No XXXIII Tahun 1967 dinyatakan telah tidak berlaku lagi.

Presiden SBY pada tanggal 7 November 2012 telah memberikan anugerah sebagai Pahlawan Nasional kepada Bung Karno. Menurut UU No 20 tahun 2009 tentang Gelar dan Tanda Jasa, syarat pemberian status gelar Pahlawan Nasional tersebut dapat diberikan kepada tokoh bangsa apabila semasa hidupnya tidak pernah melakukaan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara.

Gue mau sedikit kasih tanggapan sebagai orang awam, sekaligus orang yang gak tau asalmula ‘perkara’ ataupun keadaannya pada jaman itu. Anggaplah gue cuma tau kulit luarnya aja dan anggaplah gue sebagai remahan rempeyek yang awam soal ini. Tapi dari yang gue amati sampai saat ini tentang "tuduhan bahwa Presiden Soekarno telah mendukung G30S/PKI. Dalam Pasal 6 TAP MPRS" Sampai sekarang gak pernah di usut. Pak Soeharto sama sekali gak menyelesaikan tanggung jawab yang sudah diamanatkan untuk menyelesaikan perkara ini dan dibiarkan menggantung tanpa kepastian dan kejelasan. Lalu, tidak ada penyelesaian.

Anggaplah kasus ini ditutup dan "Presiden SBY pada tanggal 7 November 2012 telah memberikan anugerah sebagai Pahlawan Nasional kepada Bung Karno." 

Tapi lagi-lagi kasus ini tidak diluruskan atau setidaknya ada klarifikasi tentang tuduhan tersebut. Saya yakin Bung Karno tidak terbukti salah atas tuduhan yang berbau politik tersebut.

Demi sebuah kekuasaan dan jabatan orang jadi rakus dan menghalalkan segala cara sampai sang putra fajar yang juga seorang proklamator bangsa dan telah memperjuangkan Kemerdekaan INDONESIA digulingkan dengan kelicikan, tidak berprikemanusiaan serta ketidakadilan dan banyak pertumpahan darah atas tindakan keji tersebut.

Saya disini ingin nama baik beliau dibersihkan dari tuduhan tersebut. Berlebihan kah? Saya rasa tidak! Semoga Tuhan mengampuni dosa orang-orang yang mengzalimi Sang Proklamator. Aamiin. Sejarah dan kebenaran harus di tegakkan, jangan sampai anak-cucu-cicit kita belajar dari sesuatu yang salah. Dan terus menerus belajar sampai akhir, bukan pada sebuah kebenaran.

Sejarah Hidup Presiden Soekarno
(Bung Karno)

Soekarno Kecil
Ketika dilahirkan di Blitar pada tanggal 6 juni 1901, Soekarno diberikan nama Koesno Sosrodihardjo oleh orangtuanya. Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur lima tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya. Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna. Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".

Sumber foto google
Raden Soekemi Sosrodihardjo & Ida Ayu Nyoman Rai - Sumber google
Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir. Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.

Sekolah Soekarno
Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja.

Kemudian pada Juni 1911 Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di Hoogere Burger School (HBS). Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur.

Soekarno sewaktu menjadi siswa HBS Soerabaja - foto google

 
HBS (Hogere Burger School) Sumber foto google

Ia dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto. Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya.

Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (1882-1934) - foto google

Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis. Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. 

 Jong Java (Pemuda Jawa) - foto google

Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918. Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.


 Soekarno Muda - foto google

Technische Hogeschool - Mahasiswa pribumi TH Bandung tahun 1923. Baris belakang dari kiri ke kanan: M. Anwari (TH 1922), Soetedjo (TH 1921), Soetojo (TH 1921), Soekarno (TH 1921), R. Soemani (TH 1922), Soetono/Soetoto(?) (TH 1922), R. M. Koesoemaningrat (TH 1922), Djokoasmo (TH 1921), Marsito (TH 1922). Duduk di depan: Soetono/Soetoto(?) (TH 1922), M. Hoedioro (TH 1921), Katamso (TH 1920). sumber

Pada tahun 1920-an, saat usia Soekarno masih belasan tahun, Soekarno sudah berkecimpung dalam dunia jurnalistik. Soekarno menerbitkan karya tulisannya melalui media massa Sarekat Islam, Oetoesan Hindia. pada waktu itu, beliau menggunakan nama pena dari tokoh wayang yang bernama Bima.

Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1925. Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.

Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka.

Ajaran Marhaenisme
Marhaenisme adalah ideologi yang menentang penindasan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa. Untuk masa sekarang, ideologi ini telah berkembang dan dikenal dengan nama Marhaenisme Kekinian. Ideologi ini dikembangkan dari pemikiran presiden pertama Indonesia, Soekarno. Ajaran ini awalnya bermaksud mengangkat kehidupan rakyat/orang kecil. Orang kecil yang dimaksud adalah petani dan buruh yang hidupnya selalu dalam cengkeraman orang-orang kaya dan penguasa.

Marhaenisme diambil dari seorang petani bernama Marhaen yang hidup di Indonesia dan dijumpai Bung Karno pada tahun 1926-1927. Dalam versi yang berbeda, nama petani yang dijumpai Bung Karno di daerah Bandung, Jawa Barat itu adalah Aen. Dalam dialog antara Bung Karno dengan petani tersebut, selanjutnya disebut dengan panggilan Mang Aen. Petani tersebut mempunyai berbagai faktor produksi sendiri termasuk lahan pertanian, cangkul dan lain-lain yang ia olah sendiri, namun hasilnya hanya cukup untuk kebutuhan hidup keluarganya yang sederhana.

Kondisi ini kemudian memicu berbagai pertanyaan dalam benak Bung Karno, yang akhirnya melahirkan berbagai dialektika pemikiran sebagai landasan gerak selanjutnya. Kehidupan, kepribadian yang lugu, bersahaja namun tetap memiliki semangat berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya inilah, maka nama petani tersebut oleh Bung Karno diabadikan dalam setiap rakyat Indonesia yang hidupnya tertindas oleh sistem kehidupan yang berlaku. Sebagai penyesuaian bahasa saja, nama Mang Aen menjadi Marhaen.

Marhaenisme pada esensinya adalah sebuah ideologi perjuangan yang terbentuk dari Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa versi Bung Karno.

Menurut marhaenisme, agar mandiri secara ekonomi dan terbebas dari eksploitasi pihak lain, tiap orang atau rumah tangga memerlukan faktor produksi atau modal. Wujudnya dapat berupa tanah atau mesin/alat. Dalam konteks modern, kendaraan, perangkat teknologi informasi, alat dapur dan barang elektronik bisa saja diberdayakan dengan tepat guna sebagai modal atau faktor produksi. Meskipun tidak besar, kepemilikan modal sendiri ini perlu untuk menjamin kemandirian orang atau rumahtangga itu dalam perekonomian.

Berbeda dengan kapitalisme, modal dalam marhaenisme bukanlah untuk ditimbun atau dilipatgandakan, melainkan diolah untuk mencukupi kebutuhan hidup dan menghasilkan surplus. Petani menanam untuk mencukupi makan keluarganya sendiri, barulah menjual surplus atau kelebihannya ke pasar. Penjahit, pengrajin atau buruh memproduksi barang yang kelak sebagian akan dipakainya sendiri, walau selebihnya tentu dijual.

Idealnya, syarat kecukupan-sendiri ini harus dipenuhi lebih dulu sebelum melayani pasar. Ini artinya ketika buruh, pengrajin atau petani memproduksi barang yang tak akan dikonsumsinya sendiri, ia cuma bertindak sebagai faktor produksi bagi pihak lain, yang menjadikannya rawan untuk didikte oleh pasar atau dieksploitasi. 

Secara agregat (keseluruhan) dalam sistem ekonomi marhaenisme, barang yang tidak/belum diperlukan tidak akan diproduksi, sebab setiap orang/rumahtangga tentu memastikan dulu profil dan taraf kebutuhannya sendiri sebelum membuat apapun. Inovasi kelahiran produk baru akan terjadi manakala kebutuhannya sudah kongkret betul.

PNI (Partai Nasional lndonesia)
PNI didirikan di Bandung pada 4 Juli 1927 oleh kaum terpelajar yang yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Kaum muda terpelajar itu tergabung dalam Algemene Studie Club (Bandung) dan kebanyakan dari mereka adalah mantan anggota Perhimpunan Indonesia yang telah kembali ke tanah air. Keradikalan PNI sudah tampak sejak pertama didirikannya. Ini terlihat dari strategi perjuangannya yang berhaluan nonkooperasi. PNI tidak mau ikut dalam dewan-dewan yang diadakan oleh pemerintah.

Tujuan PNI adalah kemerdekaan Indonesia, dan tujuan itu akan dicapai dengan asas “percaya pada diri sendiri”. Artinya: memperbaiki keadaan politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang sudah dirusak oleh penjajahan, dengan kekuatan sendiri. Semua itu akan dicapai melalui berbagai usaha.

4 Juli 1927 : Soekarno dan Dr. Tjipto Mangunkusumo Mendirikan PNI di Bandung - google

PNI - Sumber foto google

 Kongres PNI - Sumber foto google

Pendiri PNI - Sumber foto google

PNI dianggap membahayakan Belanda karena menyebarkan ajaran-ajaran pergerakan kemerdekaan sehingga Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan perintah penangkapan pada tanggal 24 Desember 1929. Penangkapan baru dilakukan pada tanggal 29 Desember 1929 terhadap tokoh-tokoh PNI di Yogyakarta seperti Soekarno, Gatot Mangkupraja, Soepriadinata dan Maskun Sumadiredja.

Belanda memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Saat dipenjara, Soekarno mengandalkan hidupnya dari sang istri. Seluruh kebutuhan hidup dipasok oleh Inggit yang dibantu oleh kakak kandung Soekarno, Sukarmini atau yang lebih dikenal sebagai Ibu Wardoyo. Saat dipindahkan ke penjara Sukamiskin, pengawasan terhadap Soekarno semakin keras dan ketat.

Dia dikategorikan sebagai tahanan yang berbahaya. Bahkan untuk mengisolasi Soekarno agar tidak mendapat informasi dari luar, dia digabungkan dengan para tahanan 'elite'. Kelompok tahanan ini sebagian besar terdiri dari orang Belanda yang terlibat korupsi, penyelewengan, atau penggelapan. Tentu saja, obrolan dengan mereka tidak nyambung dengan Bung Karno muda yang sedang bersemangat membahas perjuangan kemerdekaan. 

Paling banter yang dibicarakan adalah soal makanan, cuaca, dan hal-hal yang tidak penting. Beberapa bulan pertama menjadi tahanan di Sukamiskin, komunikasi Bung Karno dengan rekan-rekan seperjuangannya nyaris putus sama sekali. Tapi sebenarnya, ada berbagai cara dan akal yang dilakukan Soekarno untuk tetap mendapat informasi dari luar.

Inggit Garnasih - Bung Karno Sumber foto google

Inggit Garnasih - Bung Karno Sumber foto google

Hal itu terjadi saat pihak penjara membolehkan Soekarno menerima kiriman makanan dan telur dari luar. Telur yang merupakan barang dagangan Inggit itu selalu diperiksa ketat oleh sipir sebelum diterima Bung Karno. Seperti yang dituturkan Ibu Wardoyo yang dikutip dalam buku 'Bung Karno Masa Muda' terbitan Pustaka Antarkota tahun 1978, telur menjadi alat komunikasi untuk mengabarkan keadaan di luar penjara. Caranya, bila Inggit mengirim telur asin, artinya di luar ada kabar buruk yang menimpa rekan-rekan Bung Karno. Namun dia hanya bisa menduga-duga saja kabar buruk tersebut, karena Inggit tidak bisa menjelaskan secara detail.


Sumber foto google

Sumber foto google

Seiring berjalannya waktu, Soekarno dan Inggit kemudian menemukan cara yang lebih canggih untuk mengelabui Belanda. Medianya masih sama, telur. Namun, telur tersebut telah ditusuk-tusuk dengan jarum halus dan pesan lebih detail mengenai kabar buruk itu dapat dipahami Bung Karno. Satu tusukan di telur berarti semua kabar baik, dua tusukan artinya seorang teman ditangkap, dan tiga tusukan berarti ada penyergapan besar-besaran terhadap para aktivis pergerakan kemerdekaan.

Selama menjalani masa hukuman dari Desember 1929 hingga dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931, Soekarno tidak pernah dijenguk oleh kedua orangtuanya yang berada Blitar. Menurut Ibu Wardoyo, orang tua mereka Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai tidak sanggup melihat anak yang mereka banggakan itu berada di tempat hina yakni penjara dan dalam posisi yang tidak berdaya.

 
Sumber google

Apalagi, saat di Sukamiskin, menurut Ibu Wardoyo, kondisi Soekarno demikian kurus dan hitam. Namun Bung Karno beralasan, dia sengaja membuat kulitnya menjadi hitam dengan bekerja dan bergerak di bawah terik matahari untuk memanaskan tulang-tulangnya. Sebab di dalam sel tidak ada sinar matahari, lembab, gelap, dan dingin. Delapan bulan kemudian baru disidangkan.

Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu. Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan.

PARTINDO dan pembubaran PNI - Sumber google

PARTINDO (Partai lndonesia)
Partindo merupakan organisasi kelanjutan dari PNI yang didirikan oleh Sartono yang pada saat itu menjabat sebagai ketua PNI-lama menggantikan Soekarno yang di tangkap pemerintah belanda tahun 1929. organisasi ini berdiri pada 30 april 1931 dengan harapan PNI akan bergabung dengan dengan partindo.

Tujuan dari partindo adalah untuk mencapai satu Negara kesatuan Republik Indonesia Merdeka dan kemerdekaan akan tercapai apabila seluruh rakyat Indonesia bersatu padu. Konsep sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi yang diusung Ir.Soekarno diterima sebagai cita-cita dari partai ini. Karakteristik perjuangan partai ini adalah non kooperatif. 

Pada awalnya keputusan Sartono banyak mendapat kecaman dari anggota PNI-lama serta dari golongan yang tidak menyetujui pembubaran PNI. Namu sartono terus bejuang untuk memajukan organisasi partindo ini.

Partindo salah satu organisasi yang banyak diminati pada masanya, hal ini di karenakan adanya Soekarno dalam organisasi ini yang memiliki daya tarik tersendiri di mata masyarakat. Awalnya setelah Soekarno di bebaskan dari penjara suka miskin tahun 1932, ia bertekad menyatukan kembali PNI-baru dengan partindo, tetapi usahanya mengalami kegagalan, sehingga ia akhirnya memutuskan untuk memilih partindo karena organisasi tersebut lebih sesuai dengan pribadinya dan menawarkan kebebasan untuk mengembangkan kemampuan agitasinya. Dia mengumumkan keputusannya tersebut pada tanggal 1 agustus 1932.

Fikiran Ra`jat terbitan pertama kali, 15 Juni 1932 - Sumber google

Setelah Fikiran Ra’jat, Soekarno juga menghidupkan kembali koran Soeloeh Indonesia Muda. Akan tetapi, koran ini berbeda dengan Fikiran Ra’jat, koran ini lebih diperuntukkan untuk sekedar teori. Sasarannya utamanya adalah ke kalangan kaum terpelajar dan pemimpin pergerakan.

Gaya menulis Soekarno sangat menarik. Ada yang menyebutnya sebagai penulis pamflet. Setiap tulisannya berisi sumber masalah,  pemecahan masalah, serta bagaimana hal itu diselesaikan. Soekarno juga terang-terangkan menunjukkan keberpihakan politik, yakni pemihakan terhadap kaum marhaen dan kaum yang tertindas. Hampir semua tulisan Soekarno menghajar imperialisme, kolonialisme dan kapitalisme, sebagai sumber masalah di dalam masyarakat. sumber

Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno ikut bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Namun, Hal itu mengakibatkan Beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933.

Haji Karim Oei (duduk), Buya Hamka dan Bung Karno (Bengkulu 1938)

Sekitar, Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan kembali ke Provinsi Bengkulu. Dan, Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

Sumber google
Beteweh, wajah Bung Karno disini kok beda banget ya gaeess.
Kalo kata iklan Lemine*** ada manis-manisnya gitu ;D

Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri.

BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
独立準備調査会 Dokuritsu Junbii Chōsakai adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara Jepang pada tanggal 1 Maret 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia dengan menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 62 orang yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Ichibangase Yosio (orang Jepang) dan Raden Pandji Soeroso.

(BPUPKI) Sidang ke-1, yang berlangsung pada tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945

Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-14 Juli 1945
Memasuki sidang hari ke-4, tanggal 1 Juni 1945, giliran Bung Karno menyampaikan pidato di hadapan sidang BPUPKI untuk menyampakan dasar-dasar negara.

Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam sekretariat) yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin oleh Raden Pandji Soeroso dengan wakil Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo dan Masuda Toyohiko (orang Jepang). Tugas dari BPUPKI sendiri adalah mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, tata pemerintahan, dan hal-hal yang diperlukan dalam usaha pembentukan negara Indonesia merdeka.


PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia.



Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.


Panitia yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Badan ini dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945, dan diketuai oleh Ir. Soekarno. PPKI (Dokuritsu Junbi linkai atau Komite Persiapan Kemerdekaan) merupakan pengganti dari BPUPKI yang telah dibubarkan Jepang karena dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan proklamasi kemerdekaan. Badan ini merupakan badan yang dibentuk sebelum pembentukan MPR.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. 

Soekarno, Hatta & Dr. Radjiman Wedyodiningrat, setelah Marsekal Terauchi di Dalat

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 14 Agustus 1945, Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.

Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan ‘hadiah’ dari Jepang.


15 Agustus 1945 Kaisar Hirohito melalui radio mngumumkan kekalahan tentara Jepang atas sekutu di medan perang Pasifik

Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok merupakan kejadian penting yang mendorong percepatan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kejadian ini juga menunjukkan konflik dan perbedaan pendapat antar kelompok, terutama golongan tua dan golongan muda dalam menentukan waktu proklamasi. Namun, konflik tersebut berakhir dengan sikap saling menghargai di antara mereka. Tanpa peran golongan muda, Indonesia mungkin belum memproklamasikan secepat itu. Hal itu menunjukkan bahwa para pemuda Indonesia mampu merespon keadaan secara sigap. Para pemuda pun tetap menghormati golongan tua, dengan tetap memerhatikan para tokoh yang perlu dihormati.

Sutan Syahrir, Soekarno, Hatta - Sumber google

 Sutan Syahrir, Soekarno, Hatta - Sumber google

Para pemuda berpendapat bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan oleh kekuatan bangsa sendiri, bukan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Menurut mereka, PPKI adalah buatan Jepang setelah mendengar Jepang menyerah kepada sekutu, Sutan Syahrir yang merupakan tokoh pemuda segera menemui Moh. Hatta di kediamannya. Syahrir mendesak agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang dapat disebut golongan tua belum bersedia. Mereka yakin bahwa bagaimanapun Indonesia tidak lagi tetap akan merdeka.

Pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar jam 20.00, para pemuda mengadakan pertemuan di sebuah ruangan di belakang Laboratorium Biologi Pegangsaan Timur 17 (sekarang FKM UI). Pertemuan dihadiri oleh Chaerul Saleh, Darwis, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Aidit Sunyoto, Abubakar, E. Sudewo, Wikana, dan Armansyah.

Pertemuan yang dipimpin Chairul Saleh tersebut memutuskan bahwa "kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat digantung-gantungkan pada orang atau kerajaan lain. Untuk menyatakan bahwa Indonesia sudah sanggup merdeka, dan sudah tiba saat merdeka, baik menurut keadaan atau kodrat maupun histroris.

Dan jalannya hanya satu, yaitu: dengan proklamasi kemerdekaan oleh bangsa Indonesia sendiri, lepas dari bangsa asing, bangsa apapun juga". Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan. Sebaliknya diharapkan diadakannya perundingan dengan Soekarno dan Hatta agar mereka diikutsertakan menyatakan Proklamasi mengingat usaha Sutan Syahrir belum berhasil.

Untuk menyampaikan hasil putusan Perundingan Pegangsaan ini kepada Soekarno, maka pada pukul 22.00 Wikana dan Darwis datang ke rumah Sukarno di Pegangsaan Timur 56. Namun Soekarno tetap pada pendiriannya bahwa Jepang masih berkuasa secara de facto. Soekarno bahkan mengingatkan bahwa musuh mereka bukan lagi Jepang, tetapi Belanda yang pasti segera datang setelah Jepang menyerah. Akhirnya pada pukul 24.00 para pemuda meninggalkan kediaman Soekarno. Akibat perbedaan tersebut, maka terjadilah peristiwa Rengasdengklok.

Mereka langsung mengadakan pertemuan di Jl. Cikini 71 Jakarta (seperti Sukarni, Yusuf Kunto, Chairul Saleh, dan Shodanco Singgih). Rapat memutuskan, seperti diusulkan Djohar Nur,

"Segera bertindak, Bung Karno dan Bung Hatta harus kita angkat dari rumah masing-masing" . Chaerul Saleh yang memimpin rapat, menegaskannya sebagai keputusan rapat dengan berkata, "Bung Karno dan Bung Hatta kita angkat saja. Selamatkan mereka dari tangan Jepang dan laksanakan Proklamasi tanggal 16 Agustus 1945."

Rencana mengamankan Sukarno dan Moh. Hatta pun disepakati. Shodanco Singgih ditunjuk untuk memimpin pelaksanaan rencana tersebut.

 Sumber google

Rengasdengklok - Sumber google

Pada dinihari sekitar pukul 03.00 itu terjadilah sepeti yang mereka rencanakan. Peristiwa ini kemudian terkenal sebagai Peristiwa Rengasdengklok. Segera kelompok yang diberi tugas mengamankan Soekarno melaksanakan tugasnya. Singgih meminta Bung Karno ikut kelompok Pemuda malam itu juga. Bung Karno tidak menolak keingingan para pemuda dan minta agar Fatmawati, Guntur (waktu itu berusia sekitar delapan bulan) serta Moh. Hatta ikut serta. Menjelang subuh (sekitar 04.00) tanggal 16 Agustus 1945 mereka segera menuju Rengasdengklok. Perjalanan ke Rengasdengklok dengan pengawalan tentara Peta dilakukan sesudah makan sahur, sebab waktu itu memang bulan Puasa.

Para pemuda memilih Rengasdengklok sebagai tempat membawa Soekarno dan Moh. Hatta dengan pertimbangan bahwa daerah itu relatif aman. Hal itu karena ada Daidan Peta di Rengasdengklok yang hubungannya sangat baik dengan Daidan Jakarta. Para pemuda menyadari Soekarno dan Moh. Hatta adalah tokoh penting sehingga keselamatannya harus dijaga.

Jarak Rengasdengklok, sekitar 15 km dari Kedunggede, Kerawang. Sesampainya di Rengasdengklok, Sukarno dan Rombongan ditempatkan di rumah seorang keturunan Tionghoa Djiaw Kie Siong. Beliau adalah seorang petani kecil keturunan Tionghoa yang merelakan rumahnya ditempati oleh para tokoh pergerakan tersebut. Rumah Djiaw Kie Siong berlokasi di RT 001/09 Nomor 41 Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Para pemuda berharap tanggal 16 Agustus 1945 itu Bung Karno dan Bung Hatta bersedia menyatakan Proklamasi Kemerdekaan. Ternyata Sukarno tetap pada pendiriannya. Soekarno tidak memenuhi ultimatum para pemuda yang menginginkan proklamasi kemerdekaan tanggal 16 Agustus. Namun, para pemuda inipun tidak memaksakan kehendak. Mereka mengamankan kedua tokoh itu agar bisa berdiskusi secara lebih bebas, dan sedikit memberikan tekanan tanpa bermaksud menyakiti kedua tokoh.

Pada 16 Agustus 1945 semestinya diadakan pertemuan PPKI di Jakarta, tetapi Soekarno dan Moh. Hatta tidak ada di tempat. Ahmad Subarjo segera mencari kedua tokoh tersebut. Setelah bertemu Yusuf Kunto dan kemudian Wekana terjadilah kesepakatan, Ahmad Subarjo diantara ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto.

Mereka tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Kemudian Ahmad Subarjo berbicara kepada para pemuda dan memberikan jaminan, bahwa proklamasi akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus sebelum pukul 12.00. Akhirnya Shodanco Subeno mewakili para pemuda melepas Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta, maka berakhirlah Peristiwa Rengasdengklok.

  Sumber google

Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro dan Sayuti Melik. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Dan Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.

 
 Sumber google

Sumber google

Jalan Pegangsaan Timur 56  - Sumber google

Tugu Proklamasi - Sumber google
 
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik milik Mayor Dr. Hermann Kandeler (dari kantor perwakilan AL Jerman). Dan pembacaan proklamasi dilakukan dikediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi no. 1)

Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks.

 Soekarno membacakan teks proklamasi  - Sumber google

 suasana saat pembacaan teks proklamasi  - Sumber google

Pengibaran bendera Indonesia  - Sumber google

Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan oleh seorang prajurit PETA yaituLatief Hendraningrat dibantu oleh Soehoed dan seorang pemudi membawa nampan berisi bendera Merah Putih. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.

Pengibaran bendera Indonesia  - Sumber google

Sumber google


Sumber google

Sumber google

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45.

Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.

Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Soekarno dan Haji Agus Salim di Parapat, 1949

Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sumber google

Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok. 
 
Jend Sudirman  - Sumber google

Sosok Soedirman, Jenderal Perang yang Sangat Dihormati Presiden Soekarno

 Jend Sudirman dilantik oleh Soekarno - Sumber google
Jend Ahmad Yani - Sumber google

Pidato Soekarno

Sumber google


Sumber google

  Sumber google

Inilah Pidato Lengkap Sukarno tentang Dasar Negara pada 1 Juni 1945
  
Ir Soekarno Pidato KAA 1955  - Sumber google


Pidato Pertama Bung Karno Di Sidang Umum PBB 1960 Yang Mengutip Ayat Al-Qur'an


Suatu waktu pada 11 Juli 1960, Soekarno menyampaikan pidatonya yang berjudul Pemuda Mesti Dinamis, disampaikan kepada pemuda, dan pelajar di Surakarta

Sumber google

Sumber google

  Sumber google
 Bung Karno memproklamirkan gerakan ”Ganyang Malaysia” melalui pidato bersejarah pada 12 April 1963.
Sumber google

Sumber google

Sumber google

Sumber google

Sumber google 

Sumber google

Sumber google

Soekarno di Mata Dunia 


Soekarno dan Jawaharlal Nehru di New Delhi, 1950  - Sumber google


Presiden Soekarno dan Richard Nixon, wakil presiden Amerika serikat, di sebuah warung kopi di Cipanas, Bogor, 1953. Foto: majalah American Miscellany.

Sumber google

 Sumber google

Sorry to say, gue harus bilang wajah Bung Karno berbeda-beda disetiap fotonya padahal orang disampingnya masih sama dan ga berubah sama sekali. Maaf hidung nya terlihat berbeda. lagi-lagi gue mengatakan hal ini. Huuftt. Pendapat gue sih gitu, gak tau yang lain.

Dianggap Gangguan,
CIA Rancang Pembunuhan Soekarno


KOMISI Church mendapatkan sejumlah petunjuk bahwa CIA pernah berencana membunuh Presiden Soekarno. Rencana tersebut terungkap dari kesaksian Richard Bissel, mantan wakil direktur bidang perencanaan CIA, kepada Komisi Church.

Richard Bissel menyatakan, “pembunuhan atas Soekarno ‘pernah dipertimbangkan’ oleh CIA. Rencana tersebut berkembang sampai pada upaya mengidentifikasi aset –seorang pembunuh–yang diperkirakan akan direkrut untuk melaksankan pembunuhan itu.”

Menurut Tim Weiner dalam Membongkar Kegagalan CIA, Bissell mengakui bahwa rencana pembunuhan Soekarno tidak terlaksana dan tidak pernah disempurnakan sampai pada titik ketika upaya itu dianggap layak.

“Kesulitan itu berhubungan dengan kemungkinan menciptakan situasi bahwa agen yang akan melaksanakannya mempunyai akses ke sasaran,” kata Bissel, dikutip Weiner, dari kesaksiannya kepada Komisi Kegiatan-kegiatan CIA bentukan Presiden (Komisi Rockefeller), 21 April 1975, top secret, dinyatakan bukan rahasia (declassifed) pada 1995.

Sumber google

Sumber google

Presiden Soekarno baru tiba di bandara Washington DC, AS, pada siang hari. Didampingi oleh wakil presiden AS, Richard Nixon, Bung Karno disambut penuh oleh pasukan AS dengan 21 kali tembakan kehormatan. Bung Karno tiba di Washington dalam rangka kunjungan selama 18 hari di AS atas undangan Presiden AS, David Dwight Eisenhower (Foto: 16 Mei 1956).

Ir. Soekarno bersama bintang film Jean Simmons dan suaminya yang merupakan seorang sutradara, Richard - Sumber google
 
Ir. Soekarno terlihat sedang berbincang dengan Elizabeth Taylor, aktris asal Inggris  - Sumber google

 Sumber google


June 1956, Beverly Hills, California, USA - Indonesia's President Sukarno is shown chatting with actress Marilyn Monroe - Sumber google
 
 
Presiden Sukarno sedang berbicara dengan Mao Tse Tung (Mao Zedong) (Foto: 24 Nopember 1956) - Sumber google

Presiden Sukarno menjadi tamu kehormatan Kaisar Jepang, Hirohito, dan pangeran Akihito. Bung Karno dijamu makan siang di istana kekaisaran Jepang di Tokyo (Foto: 3 Pebruari 1958) - Sumber google

Presiden Sukarno tiba di bandara Karachi, Pakistan. Didampingi oleh Presiden Pakistan, Iskander Ali Mirza, Bung Karno tampak sedang memberi hormat, diapit oleh bendera Indonesia dan bendera Pakistan (Foto: 25 Januari 1958)  - Sumber google

Soekarno sedang membaca garis tangan Pemimpin Cina, Mao Zedong (Gambar: blogchinadailycom) - Sumber google

Soekarno dan Pemimpin Korea Utara Kim Il-Sung


Iskander Ali Mirza (1899 – 1969), berpangkat Mayor Jenderal, adalah Presiden pertama negara Republik Islam Pakistan (23 Maret 1956 – 27 Oktober 1958) - Sumber google
  

Bersama pemimpin revolusi Vietnam, Ho Chi Min - Sumber google



Soekarno dan Ho Chi Minh, 1959 - Sumber google


Soekarno dan Kaisar Hirohito di Tokyo, 1959 - Sumber google

Presiden Sukarno Presiden Osvaldo Do ticos Fidel Castro dan Che Guevera (foto oleh Bettmann Mei 1960) - Sumber google

Sumber google


Soekarno dan Nikita Khrushchev di Bali, 1960 - Sumber google
Soekarno dan Nikita Khrushchev di Bali, 1960 - Sumber google


 
Presiden Sukarno berdiri berdampingan dengan 4 pemimpin negara Non Blok setelah mereka selesai mengadakan pertemuan. Dari kiri kekanan : Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Kwame Nkrumah (Presiden Ghana), Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir), Bung Karno, dan Tito (Presiden Yugoslavia). Kelima pemimpin negara non blok ini mengadakan pertemuan yang menghasilkan seruan kepada Presiden AS, Eisenhower (Presiden AS) dan Perdana Menteri “Uni Soviet”/Rusia, Nikita Khruschev, agar mereka melakukan perundingan diplomasi kembali (29 September 1960) Sumber google

Sumber google

Soekarno dan Nikita Khrushchev di New York, 1960 - Sumber google


Indian Prime Minister Jawaharlal Nehru right toasts United Arab Republic President Gamal Abdel Nasser left and Indonesian President Soekarno center in New York USA 1960 - Sumber google
 
20 April 1961 Soekarno mampir di Hawaii, lalu ke Los Angeles. Kebetulan Elvis sedang syuting sebuah film musikal yang sukses besar, "Blue Hawaii", bermain dengan aktris cantik Joan Blackman - Sumber google

Soekarno dan Jenderal Abd al-Karim Qasim di Iraq, 1961 - Sumber google

Raja Hassan II dari Maroko dan Soekarno - Sumber google

Saeb Salam dari Libanon (duduk), Hashim Jawad dari Iraq (berdiri, jas garis-garis), dan Soekarno. September 1961, Beograd, Yugoslavia. Konferensi 25 negara di Beograd yang kemudian menelurkan Gerakan Negara-negara Non-Blok. Fotografer: l.d.a.

  Sumber google
Soekarno dan Robert F. Kennedy di Jakarta, 1962 - Sumber google

 Soekarno dan Ayub Khan di Karachi, 1963 - Sumber google


 Sumber google

Sumber google

Sumber google

Sumber google

Sumber google

Soekarno dan Pangeran Norodom Sihanouk, 1964 - Sumber google

Namun jauh sebelum itu, ada banyak pertalian sejarah antara Indonesia dan Rusia. Seorang peneliti etnografi asal Rusia, Doktor Nikolai Mikluho-Maklai - Sumber google

Presiden Sukarno bersama Perdana Menteri Perancis, Pompidou (Foto: 1965) - Sumber google
  

Jakarta, 6 April 1965. Presiden Soekarno bertemu dengan utusan khusus Amerika, Ellsworth Bunker (kanan), dan Dubes Amerika, Howard P. Jones (tengah) di Istana Negara, Jakarta. Pertemuan tersebut untuk memperbaiki hubungan antara AS - Sumber google
  

Chou En-lai and Sukarno Ride in Boat Original caption: 7/6/1965-Cairo, Egypt- Cruising up the Nile River, Communist China's Premier Chou En-Lai (l) - Sumber google

ATAS permintaan Mahbub Djunaidi, Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia, Sukarno bersedia mengadakan ramah-tamah dengan para wartawan di Istana Bogor, 20 November 1965. Sukarno mendorong para wartawan agar meningkatkan kemampuannya dengan pengetahuan - Sumber google

Sumber google

Sumber google
Pada sekitar tahun 1961, Presiden Soekarno gencar merevisi kontrak pengelolaan minyak dan tambang-tambang asing di Indonesia  - Sumber google

Sumber google

Sumber google
Sumber google

John F. Kennedy, Soekarno, dan FREEPORT

Lisa Pease membeberkan hal itu dalam artikel berjudul ‘JFK, Indonesia, CIA, and Freeport’ di majalah Probe tahun 1996. Tulisan ini juga disimpan dalam National Archive di Washington DC.


Freeport ternyata sudah lama mengincar Papua. Tahun 1959, perusahaan Freeport Sulphur nyaris bangkrut karena tambang mereka di Kuba dinasionalisasi oleh Fidel Castro. Dalam artikel itu disebut berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan.



Di tengah kondisi perusahaan yang terancam hancur itu pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur menemui Direktur Pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen.



Gruisen bercerita dirinya menemukan laporan penelitian di Gunung Ersberg (Gunung Tembaga / tembaga pura ) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936.


Disebutkan tembaga di gunung ini tak perlu susah-susah digali. Ibarat kata tinggal meraup, karena tembaga berada di atas tanah.


Wilson tertarik dan mulai mengadakan survei ke Papua. Dia setengah gila kegirangan karena menemukan gunung itu tak hanya berisi tembaga tapi emas. ya emas yang menggunung di tanah Papua! Tahun 1960, suasana di Papua tegang.

Soekarno berusaha merebut Papua dari Belanda lewat operasi militer yang diberi nama Trikora. Freeport yang mau menjalin kerjasama dengan Belanda lewat East Borneo Company pun belingsatan jika Papua jatuh ke Indonesia .Mereka jelas tak mau kehilangan gunung emas itu.



Wilson disebutkan berusaha meminta bantuan John F Kennedy. Tapi si Presiden AS itu malah kelihatan mendukung Soekarno. John pula yang mengirimkan adiknya Bob Kennedy untuk menekan pemerintah Belanda agar tak mempertahankan Papua.

JFK juga yang mengancam Belanda akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II, terpaksa menurut.


Agaknya Belanda pun tak tahu ada gunung emas di Papua sehingga mereka menurut saja disuruh mundur oleh AS. Kontrak Freeport pun buyar. Apalagi Soekarno selalu menolak perusahaan asing menancapkan kaki mereka di Papua. Pada perusahaan minyak asing yang sudah kadung beroperasi di Riau, Soekarno meminta jatah 60 persen untuk rakyat Indonesia.

Kekesalan mereka bertambah, Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia.

Tapi sebelum semua itu terlaksana, sebutir peluru menghentikan langkah Kennedy.Ya, JF. Kenedy harus meregang nyawa setelah sebutir peluru bersarang di tubuhnya. Dan penembaknya pun sampai saat ini masih belum diketahui, masih menjadi misteri.

Kebijakan pengganti Kennedy langsung bertolak belakang. Indonesia pun makin jauh dari AS dan semakin mesra dengan Blok Timur yang berbau komunis.

Tragedi September 1965 menghancurkan Soekarno. Dia yang keras menolak modal asing, digantikan Soeharto.

Setelah dilantik, Soeharto segera meneken pengesahan Undang-undang Penanaman Modal Asing pada 1967. Freepot menjadi perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Soeharto.

Ironisnya, pemerintah Indonesia hanya dapat jatah 1 persen. Kontras sekali dengan apa yang diperjuangkan Soekarno.

Sedangkan kontrak freeport akan berakhir pada tahun 2021 dan pemerintah tentu saja tidak akan memutuskan kerja sama sepihak karena akan mengganggu secara ekonomi ( iklim investasi asing ) dan juga politik yang akan melemahkan posisi Indonesia di kawasan Asia Pasifik.

Pemerintahan Jokowi melalui kementrian ESDM mengatakan, bahwa kontrak freeport yang saat ini adalah kontrak karya akan dirubah menjadi ijin usaha pertambangan, sehingga posisi Indonesia sebagai negara menjadi lebih kuat.

Ya,jikalau boleh berandai-andai , jika saja JF.Kennedy dan Soekarno masih ada, tak akan ada Freeport di Papua, tak akan bercokol freeport di Indonesia.

Mungkin tambang emas tersebut dikelola oleh pemerintah sendiri (BUMN) dan hasilnya bisa digunakan untuk kesejahteraan rakyat Papua khususnya dan Indonesia secara keseluruhan. Sumber



WAFATNYA SOEKARNO
"Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno, 1967)

Sumber google
TINDAKAN Soeharto menyelewengkan Surat Perintah 11 Maret 1966 sangat menyakiti perasaan Bung Karno. Sejumlah petinggi militer yang masih setia pada Soekarno ketika itu pun merasa geram. Mereka meminta agar Soekarno bertindak tegas dengan memukul Soeharto dan pasukannya. Tetapi Soekarno menolak.

Soekarno tak mau terjadi huru-hara, apalagi sampai melibatkan tentara. Perang saudara, menurut Soekarno, adalah hal yang ditunggu-tunggu pihak asing-kaum kolonial yang mengincar Indonesia–sejak lama. Begitu perang saudara meletus, pihak asing, terutama Amerika Serikat dan Inggris akan mengirimkan pasukan mereka ke Indonesia dengan alasan menyelamatkan fasilitas negara mereka, mulai dari para diplomat kedutaan besar sampai perusahaan-perusahaan asing milik mereka.

Sumber google
Suatu hari di pertengahan Maret 1966, Hartono yang ketika itu menjabat sebagai Menteri/Wakil Panglima Angkatan Laut itu datang ke Istana Merdeka menemui Bung Karno. Ketika itu Achadi sedang memberikan laporan pada Sukarno tentang penahanan beberapa menteri yang dilakukan oleh pasukan yang loyal pada Soeharto.



Mendengar laporan itu, menurut Achadi, Bung Karno berkata (kira-kira), “Kemarin sore Harto datang ke sini. Dia minta izin melakukan pengawalan kepada para menteri yang menurut informasi akan didemo oleh mahasiswa.”



“Tetapi itu bukan pengawalan,” kata Achadi. Untuk membuktikan laporannya, Achadi memerintahkan ajudannya menghubungi menteri penerangan Achmadi.



Seperti Achadi, Achmadi juga duduk di Tim Epilog yang bertugas menghentikan ekses buruk pascapembunuhan enam jenderal dan perwira muda Angkatan Darat dinihari 1 Oktober 1965. Soeharto juga berada di dalam tim itu.



Tetapi setelah beberapa kali dicoba, Achmadi tidak dapat dihubungi. Tidak jelas dimana keberadaannya.

Saat itulah Hartono minta izin untuk menghadapi Soeharto dan pasukannya. Tetapi Bung Karno menggelengkan kepala, melarang.

Padahal masih kata Achadi, selain KKO, Panglima Kodam Jaya Amir Machmud, Panglima Kodam Siliwangi Ibrahim Adji, dan beberapa panglima kodam lainnya juga bersedia menghadapi Soeharto.

“Bung Karno tetap menggelengkan kepala. Dia sama sekali tidak mau terjadi pertumpahan darah, dan perang saudara.”

Kalau begitu apa yang harus kami lakukan, tanya Achadi dan Hartono.

Bung Karno memerintahkan Hartono untuk menghalang-halangi upaya Soeharto agar jangan sampai berkembang lebih jauh.

“Hanya itu tugasnya, Hartono diminta menjabarkan sendiri. Yang jelas jangan sampai ada perang saudara,” kata Achadi. 


Sumber google
Tragedi Kemanusiaan berawal dari konflik internal dalam tubuh Angkatan Darat yang muncul sebagai akibat kesenjangan perikehidupan antara tentara prajurit dengan tentara perwira.

Konflik laten dalam tubuh Angkatan Darat yang sudah dimulai sejak 17 tahun sebelumnya, kemudian mendapatkan jalan manifestasinya ketika muncul isu tentang rencana Kudeta terhadap kekuasaan Soekarno yang akan dilancarkan oleh Dewan Jenderal.

Perwira-perwira Angkatan Darat yang mendukung kebijakan Sosialisme Soekarno kemudian memutuskan untuk melakukan manuver (aksi) polisionil dengan menghadapkan tujuh orang Jendral yang diduga mengetahui tentang Dewan Jendral ini ke hadapan Soekarno.

Sumber google

Sumber google
Target operasi adalah menghadapkan hidup-hidup ketujuh orang Jendral tersebut. Fakta yang terjadi kemudian adalah tiga dari tujuh orang Jendral yang dijemput paksa tersebut, sudah dalam keadaan anumerta.

Soeharto yang paling awal menuduh PKI menjadi dalang dari peristiwa pagi hari Jumat tanggal 01 Oktober 1965 tersebut. Tanpa periksa dan penyelidikan yang memadai, Soeharto mengambil kesimpulan PKI sebagai dalang hanya karena Kolonel Untung —yang mengaku menjadi pimpinan Dewan Revolusi (kelompok tandingan untuk Dewan jendral)

memiliki kedekatan pribadi dengan tokoh-tokoh utama Biro Chusus Partai Komunis Indonesia. Hasil akhirnya adalah Komunisme dibersihkan dari kehidupan politik, sosial, dan militer, dan PKI dinyatakan sebagai partai terlarang.

Pembantaian dimulai pada Januari 1966 seiring dengan maraknya aksi demonstrasi mahasiswa yang digerakkan oleh Angkatan Darat melalui Jendral Syarif Thayeb dan memuncak selama kuartal kedua tahun 1966 sebelum akhirnya mereda pada awal tahun 1967 (menjelang pelantikan Jendral Soeharto sebagai Pejabat Presiden).

Pembersihan dimulai dari ibu kota Jakarta, yang kemudian menyebar ke Jawa Tengah dan Timur, lalu Bali. Ribuan vigilante (orang yang menegakkan hukum dengan caranya sendiri) dan tentara angkatan darat menangkap dan membunuh orang-orang yang dituduh sebagai anggota PKI.

Meskipun pembantaian terjadi di seluruh Indonesia, namun pembantaian terburuk terjadi di basis-basis PKI di Jawa Tengah, Timur, Bali, dan Sumatera Utara.

Usaha Soekarno yang ingin menyeimbangkan nasionalisme, agama, dan komunisme melalui Nasakom telah usai. Pilar pendukung utamanya, PKI, telah secara efektif dilenyapkan oleh dua pilar lainnya-militer dan Islam politis, dan militer berada pada jalan menuju kekuasaan.

Nasakom adalah konsep politik selama presiden Sukarno di Indonesia. Ini adalah akronim dari Nasionalisme, Agama, dan Komunisme.

Pada 1956 Sukarno secara terbuka mengkritik demokrasi parlementer, yang menyatakan bahwa itu "didasarkan pada konflik inheren" yang berlawanan dengan gagasan Indonesia harmoni sebagai keadaan alami antar hubungan manusia. Sebaliknya, ia mencari sistem yang didasarkan pada sistem tradisional desa dengan menampilkan diskusi dan konsensus, dibawah bimbingan para tetua desa. Ia mengusulkan campuran antara tiga unsur nasionalisme, agama dan komunisme menjadi pemerintah koperasi 'Nas-A-Kom'. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan tiga faksi utama dalam politik Indonesia - tentara, kelompok-kelompok Islam, dan komunis. Dengan dukungan dari militer, pada bulan Februari ia menyatakan 'Demokrasi Terpimpin', dan mengusulkan kabinet yang akan mewakili semua partai politik penting (termasuk PKI).

Pada Maret 1967, Soekarno dicopot dari kekuasaannya oleh Parlemen Sementara, dan Soeharto menjadi Pejabat Presiden. Pada Maret 1968 Soeharto secara resmi ditetapkan menjadi Presiden oleh MPRS yang diketuai oleh Jendral Abdul Harris Nasution (yang memang sengaja Soeharto tempatkan setelah menangkap dan memenjarakan seluruh pimpinan MPRS yang notabene adalah tokoh-tokoh PKI dan tokoh-tokoh Soekarnois).

Pembantaian ini hampir tidak pernah disebutkan dalam buku sejarah Indonesia, dan hanya memperoleh sedikit perhatian dari orang Indonesia maupun warga internasional.

Penjelasan memuaskan untuk kekejamannya telah menarik perhatian para ahli dari berbagai prespektif ideologis. Kemungkinan adanya pergolakan serupa dianggap sebagai faktor dalam konservatisme politik "Orde Baru" dan kontrol ketat terhadap sistem politik. Kewaspadaan terhadap ancaman komunis menjadi ciri dari masa kepresidenan Soeharto. Sumber
* * *
Tak lama setelah mosi tidak percaya parlemen bentukan Nasution di tahun 1967 dan MPRS menunjuk Suharto sebagai Presiden RI, Bung Karno menerima surat untuk segera meninggalkan Istana dalam waktu 2 X 24 Jam. Bung Karno tidak diberi waktu untuk menginventarisir barang-barang pribadinya. Wajah-wajah tentara yang mengusir Bung Karno tidak bersahabat lagi.

“Bapak harus cepat meninggalkan Istana ini dalam waktu dua hari dari sekarang!”.Bung Karno pergi ke ruang makan dan melihat Guruh sedang membaca sesuatu di ruang itu. “Mana kakak-kakakmu” kata Bung Karno. Guruh menoleh ke arah Bapaknya dan berkata “Mereka pergi ke rumah Ibu”. Rumah Ibu yang dimaksud adalah rumah Fatmawati di Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru.

Bung Karno berkata lagi “Mas Guruh, Bapak tidak boleh lagi tinggal di Istana ini lagi, kamu persiapkan barang-barangmu, jangan kamu ambil lukisan atau hal lain, itu punya negara”. Kata Bung Karno, lalu Bung Karno melangkah ke arah ruang tamu Istana disana ia mengumpulkan semua ajudan-ajudannya yang setia. Beberapa ajudannya sudah tidak kelihatan ia maklum, ajudan itu sudah ditangkapi karena diduga terlibat Gestapu.

“Aku sudah tidak boleh tinggal di Istana ini lagi, kalian jangan mengambil apapun, Lukisan-lukisan itu, Souvenir dan macam-macam barang. Itu milik negara.

Semua ajudan menangis saat tau Bung Karno mau pergi “Kenapa bapak tidak melawan, kenapa dari dulu bapak tidak melawan…” Salah satu ajudan separuh berteriak memprotes tindakan diam Bung Karno.

“Kalian tau apa, kalau saya melawan nanti perang saudara, perang saudara itu sulit jikalau perang dengan Belanda jelas hidungnya beda dengan hidung kita. Perang dengan bangsa sendiri tidak, wajahnya sama dengan wajahmu… keluarganya sama dengan keluargamu, lebih baik saya yang robek dan hancur daripada bangsa saya harus perang saudara”.

Tiba-tiba beberapa orang dari dapur berlarian saat mendengar Bung Karno mau meninggalkan Istana. “Pak kamu memang tidak ada anggaran untuk masak, tapi kami tidak enak bila bapak pergi, belum makan. Biarlah kami patungan dari uang kami untuk masak agak enak dari biasanya”.

Bung Karno tertawa Ah, sudahlah sayur lodeh basi tiga itu malah enak, kalian masak sayur lodeh saja. Aku ini perlunya apa…”



Di hari kedua saat Bung Karno sedang membenahi baju-bajunya datang perwira suruhan Orde Baru. “Pak, Bapak harus segera meninggalkan tempat ini”.

Beberapa tentara sudah memasuki ruangan tamu dan menyebar sampai ke ruang makan.  Mereka juga berdiri di depan Bung Karno dengan senapan terhunus.

Bung Karno segera mencari koran bekas di pojok kamar, dalam pikiran Bung Karno yang ia takutkan adalah bendera pusaka akan diambil oleh tentara. Lalu dengan cepat Bung Karno membungkus bendera pusaka dengan koran bekas, ia masukkan ke dalam kaos oblong, Bung Karno berdiri sebentar menatap tentara-tentara itu, namun beberapa perwira mendorong tubuh Bung Karno untuk keluar kamar.



Sesaat ia melihat wajah Ajudannya Saelan dan Bung Karno menoleh ke arah Saelan. “Aku pergi dulu” kata Bung Karno dengan terburu-buru. “Bapak tidak berpakaian rapih dulu, Pak” Saelan separuh berteriak. 



Bung Karno hanya mengibaskan tangannya. Bung Karno langsung naik VW Kodok, satu-satunya mobil pribadi yang ia punya dan meminta sopir diantarkan ke Jalan Sriwijaya, rumah Ibu Fatmawati.



Di rumah Fatmawati, Bung Karno hanya duduk seharian saja di pojokan halaman, matanya kosong. Ia meminta bendera pusaka dirawat hati-hati. Bung Karno kerjanya hanya mengguntingi daun-daun di halaman. Kadang-kadang ia memegang dadanya yang sakit, ia sakit ginjal parah namun obat yang biasanya diberikan sudah tidak boleh diberikan. Sisa obat di Istana dibuangi.



Suatu saat Bung Karno mengajak ajudannya yang bernama Nitri untuk jalan-jalan. Saat melihat duku, Bung Karno kepengen duku tapi dia tidak punya uang. “Aku pengen duku, …Tru, Sing Ngelah Pis, aku tidak punya uang” Nitri yang uangnya pas-pasan juga melihat ke dompetnya, ia merasa cukuplah buat beli duku sekilo.

Lalu Nitri mendatangi tukang duku dan berkata “Pak Bawa dukunya ke orang yang ada di dalam mobil”. Tukang duku itu berjalan dan mendekat ke arah Bung Karno. “Mau pilih mana, Pak manis-manis nih” sahut tukang duku dengan logat betawi kental. Bung Karno dengan tersenyum senang berkata “coba kamu cari yang enak”.

Tukang Duku itu mengernyitkan dahinya, ia merasa kenal dengan suara ini. Lantas tukang duku itu berteriak “Bapak… Bapak…. Bapak… Itu Bapak… Bapaak” Tukang duku malah berlarian ke arah teman - temannya di pinggir jalan” Ada Pak Karno, Ada Pak Karno….” mereka berlarian ke arah mobil VW Kodok warna putih itu dan dengan serta merta para tukang buah memberikan buah-buah pada Bung Karno.

Awalnya Bung Karno tertawa senang, ia terbiasa menikmati dengan rakyatnya. Tapi keadaan berubah kontan dalam pikiran Bung Karno, ia takut rakyat yang tidak tau apa-apa ini lantas digelandang tentara gara-gara dekat dengan dirinya. “Tri, berangkat ….cepat” perintah Bung Karno dan ia melambaikan ke tangan rakyatnya yang terus menerus memanggil namanya bahkan ada yang sampai menitikkan air mata. Mereka tau pemimpinnya dalam keadaan susah.

Mengetahui bahwa Bung Karno sering keluar dari Jalan Sriwijaya, membuat beberapa perwira pro Suharto tidak suka. Tiba-tiba satu malam ada satu truk ke rumah Fatmawati dan mereka memindahkan Bung Karno ke Bogor. Di Bogor ia dirawat oleh Dokter Hewan!!!!!!

Tak lama setelah Bung Karno dipindahkan ke Bogor, datanglah Rachmawati, ia melihat ayahnya dan menangis keras-keras saat tau wajah ayahnya bengkak-bengkak dan sulit berdiri. Saat melihat Rachmawati, Bung Karno berdiri lalu terhuyung dan jatuh. Ia merangkak dan memegang kursi. Rachmawati langsung teriak menangis. Malamnya Rachmawati memohon pada Bapaknya agar pergi ke Jakarta saja dan dirawat keluarga.

“Coba aku tulis surat permohonan kepada Presiden” kata Bung Karno dengan suara terbata. Dengan tangan gemetar Bung Karno menulis surat agar dirinya bisa dipindahkan ke Jakarta dan dekat dengan anak-anaknya. Rachmawati adalah puteri Bung Karno yang paling nekat.

Pagi-pagi setelah mengambil surat dari bapaknya, Rachma langsung ke Cendana rumah Suharto. Di Cendana ia ditemui Bu Tien yang kaget saat melihat Rachma ada di teras rumahnya. “Lhol, Mbak Rachma ada apa?” tanya Bu Tien dengan nada kaget. Bu Tien memeluk Rachma, setelah itu Rachma bercerita tentang nasib bapaknya. Hati Bu Tien rada tersentuh dan menggemgam tangan Rachma lalu dengan menggemgam tangan Rachma bu Tien mengantarkan ke ruang kerja Pak Harto.

“Lho, Mbak Rachma..ada apa?” kata Pak Harto. Rachma-pun menceritakan kondisi Bapaknya yang sangat tidak terawat di Bogor. Pak Harto berpikir sejenak dan kemudian menuliskan memo yang memerintahkan anak buahnya agar Bung Karno dibawa ke Djakarta. Diputuskan Bung Karno akan dirawat di Wisma Yaso.



Setelah dijebloskan dalam tahanan rumah di Wisma Yaso, akhirnya Bung Karno menhebuskan nafas terakhir di RSPAD, pagi dini hari tgl 21 Juni 1970. RRI menyiarkan berita sekitar pukul 7 pagi tentang kematiannya. Buruknya penanganan terhadap penyakit Bung Karno juga mempercepat kematiannya.

Beberapa bulan di awal 1969, Bung Karno tidak boleh menerima tamu, termasuk keluarganya, karena harus menjalani serangkaian pemeriksaan dan interograsi. Keluarganya hanya bisa mengantar makanan melalui penjaga. Bung Karno yang suka keramaian dan selalu membutuhkan bicara menjadi makin depresi karena diasingkan. Sementara dulu penjajah Belanda saat membuang tahanan politik ke luar Jawa, tidak melarang mereka bergaul dengan lingkungannya.

Setelah keluarga boleh menengok. Itupun dengan pembatasan, harus mengantungi izin dan cap instansi militer Itupun tidak serta merta memudahkan. Rachmawati dibentak dan dimarahi penjaga, karena mengajak Bung Karno jalan jalan di halaman Wisma Yaso.
 
Jika penjaga sedang baik, keluarga boleh ke Wisma Yaso. Tapi kalau sedang tdak baik, mobl di tahan di gerbang. Sangat sering Ibu Hartini harus berjalan kaki menenteng rantang makanan melintasi halaman yang sangat luas.

Bung Karno sempat menulis surat ke Presiden Soeharto tgl 3 Nov 1968 untuk meminta kelonggaran agar keluarganya bisa mengunjungi. Ia juga meminta agar Ny. Sugio yang selama ini mengurusi rumah Wisma Yaso, dijinkan membantu lagi. Pembantu rumah tangganya tidak diijinkan masuk ke Wisma Yaso, sehingga untuk urusan dapur, Bung Karno harus mengurusnya sendiri.

Seringkali ia dibentak bila akan melakukan sesuatu, suatu saat Bung Karno tanpa sengaja menemukan lembaran koran bekas bungkus sesuatu, koran itu langsung direbut dan ia dimarahi.



Kamar Bung Karno berantakan sekali, jorok dan bau. Memang ada yang merapihkan tapi tidak serius. Dokter yang diperintahkan merawat Bung Karno, dokter Mahar Mardjono nyaris menangis karena sama sekali tidak ada obat-obatan yang bisa digunakan Bung Karno. Ia tahu obat-obatan yang ada di laci Istana sudah dibuangi atas perintah seorang Perwira Tinggi.



Mahar hanya bisa memberikan Vitamin dan Royal Jelly yang sesungguhnya hanya madu biasa. Jika sulit tidur Bung Karno diberi Valium, Sukarno sama sekali tidak diberikan obat untuk meredakan sakit akibat ginjalnya tidak berfungsi.



Banyak rumor beredar di masyarakat bahwa Bung Karno hidup sengsara di Wisma Yaso, beberapa orang diketahui akan nekat membebaskan Bung Karno. Bahkan ada satu pasukan khusus KKO dikabarkan sempat menembus penjagaan Bung Karno dan berhasil masuk ke dalam kamar Bung Karno, tapi Bung Karno menolak untuk ikut karena itu berarti akan memancing perang saudara.


Pada awal tahun 1970 Bung Karno datang ke rumah Fatmawati untuk menghadiri pernikahan Rachmawati. Bung Karno yang jalan saja susah datang ke rumah isterinya itu.

Wajah Bung Karno bengkak-bengkak. Ketika tau Bung Karno datang ke rumah Fatmawati, banyak orang langsung berbondong-bondong ke sana dan sesampainya di depan rumah mereka berteriak “Hidup Bung Karno…. hidup Bung Karno…. Hidup Bung Karno…!!!!!”

Sukarno yang reflek karena ia mengenal benar gegap gempita seperti ini, ia tertawa dan melambaikan tangan, tapi dengan kasar tentara menurunkan tangan Sukarno dan menggiringnya ke dalam. Bung Karno paham dia adalah tahanan politik.

Masuk ke bulan Februari penyakit Bung Karno parah sekali ia tidak kuat berdiri, tidur saja. Tidak boleh ada orang yang bisa masuk. Ia sering berteriak kesakitan. Biasanya penderita penyakit ginjal memang akan diikuti kondisi psikis yang kacau. Ia berteriak ”Sakit…. Sakit ya Allah… Sakit…” tapi tentara pengawal diam saja karena diperintahkan begitu oleh komandan. Sampai-sampai ada satu tentara yang menangis mendengar teriakan Bung Karno di depan pintu kamar.


"Kepentingan politik tak bisa memendung rasa kemanusiaan, dan air mata adalah bahasa paling jelas dari rasa kemanusiaan itu."



Hatta yang dilapori kondisi Bung Karno menulis surat pada Suharto dan mengecam cara merawat Sukarno. Di rumahnya Hatta duduk di beranda sambil menangis sesenggukan, ia teringat sahabatnya itu. Lalu dia bicara pada isterinya Rachmi untuk bertemu dengan Bung Karno.



“Kakak tidak mungkin kesana, Bung Karno sudah jadi tahanan politik” Hatta menoleh pada isterinya dan berkata “Sukarno adalah orang terpenting dalam pikiranku, dia sahabatku, kami pernah dibesarkan dalam suasana yang sama agar negeri ini merdeka. Bila memang ada perbedaan diantara kita itu lumrah tapi aku tak tahan mendengar berita Sukarno disakiti seperti ini”. Hatta menulis surat dengan nada tegas kepada Suharto untuk bertemu Sukarno,

ajaibnya surat Hatta langsung disetujui, ia diperbolehkan menjenguk Bung Karno.

Hatta datang sendirian ke kamar Bung Karno yang sudah hampir tidak sadar, tubuhnya tidak kuat menahan sakit ginjal. Bung Karno membuka matanya. Hatta terdiam dan berkata pelan “Bagaimana kabarmu, No” kata Hatta ia tercekat mata Hatta sudah basah. Bung Karno berkata pelan dan tangannya berusaha meraih lengan Hatta “Hoe gaat het met Jou?” kata Bung Karno dalam bahasa Belanda – Bagaimana pula kabarmu, Hatt?

Hatta memegang lembut tangan Bung Karno dan mendekatkan wajahnya, air mata Hatta mengenai wajah Bung Karno dan Bung Karno menangis seperti anak kecil. Dua proklamator bangsa ini menangis, di sebuah kamar yang bau dan jorok, kamar yang menjadi saksi ada dua orang yang memerdekakan bangsa ini di akhir hidupnya merasa tidak bahagia, suatu hubungan yang menyesakkan dada.

 
Sumber google

Tak lama setelah Hatta pulang, Bung Karno meninggal. Sama saat Proklamasi 1945 Bung Karno menunggui Hatta di kamar untuk segera membacai Proklamasi, saat kematiannya-pun Bung Karno juga seolah menunggu Hatta dulu, baru ia berangkat menemui Tuhan.

 
Sumber google

 
Sumber google

 
Suasana pemakaman Presiden Soekarno - sumber google

Mendengar kematian Bung Karno rakyat berjejer-jejer berdiri di jalan. Rakyat Indonesia dalam kondisi bingung. Banyak rumah yang isinya hanya orang menangis karena Bung Karno meninggal. Tapi tentara memerintahkan agar jangan ada rakyat yang hadir di pemakaman Bung Karno. Bung Karno ingin dikesankan sebagai pribadi yang senyap, tapi sejarah akan kenangan tidak bisa dibohongi. Rakyat tetap saja melawan untuk hadir.

Hampir 5 kilometer orang antre untuk melihat jenazah Bung Karno, di pinggir jalan Gatot Subroto banyak orang berteriak menangis. Di Jawa Timur tentara yang melarang rakyat melihat jenasah Bung Karno menolak dengan hanya duduk-duduk di pinggir jalan, mereka diusiri tapi datang lagi.

Tau sikap rakyat seperti itu tentara menyerah. Jutaan orang Indonesia berhamburan di jalan-jalan pada 21 Juni 1970. Hampir semua orang yang rajin menulis catatan hariannya pasti mencatat tanggal itu sebagai tanggal meninggalnya Bung Karno dengan rasa sedih. Koran-koran yang isinya hanya menjelek-jelekkan Bung Karno sontak tulisannya memuja Bung Karno.

Allah, kalimat terakhir Soekarno sebelum meninggal
Bung Karno yang sewaktu sakit dirawat oleh dokter hewan, tidak diperlakukan dengan secara manusiawi. Mendapatkan keagungan yang luar biasa saat dia meninggal. Jutaan rakyat berjejer di pinggir jalan, mereka melambai-lambaikan tangan dan menangis. Mereka berdiri kepanasan, berdiri dengan rasa cinta bukan sebuah keterpaksaan.

Dan sejarah menjadi saksi bagaimana sebuah memperlakukan orang yang kalah, walaupun orang yang kalah itu adalah orang yang memerdekakan bangsanya, orang yang menjadi alasan terbesar mengapa Indonesia harus berdiri, Tapi dia diperlakukan layaknya binatang terbuang, semoga kita tidak mengulangi kesalahan seperti ini lagi.

Kenyataan tragis yang dialami oleh Bung karno merupakan gambaran tragis kondisi politik dan sistim alih kekuasaan di Indonesia. Bung Karno telah memberikan seluruh catatan hidupnya untuk kebangkitan Bangsa Indonesia, walau pada akhirnya di Indonesia pula Bung Karno di campakkan. sumber
 * * *
Cerita dikutip dari berbagai sumber, Foto diambil dari berbagai sumber dan tentunya Mbah Google. Selamat Ulang Tahun Pak! Sekali lagi saya akan mengatakan Pak, Meskipun aku bukan anakmu, bukan cucumu, dan bukan cicitmu. Aku, mengagumimu sejak kecil bahkan sampai saat ini. Meskipun, pada saat itu aku belum lahir, bahkan belum dibikin oleh kedua orang tuaku, tapi aku bisa merasakan bagaimana perjuanganmu membela Rakyat yang kau cintai. Negara yang kau pertaruhkan dengan seluruh nyawamu untuk memerdekakan INDONESIA, serta menginginkan kesejahteraan kaum-kaum tertindas.

Saat kau terzalimi, kau terus berjuang dan tetap berpendirian teguh pada sebuah kebenaran, tak takut dan tak gentar. Sedih rasanya Pak, saat tau Bapak tidak dimanusiakan. Dimana keserakahan mengusik kebenaran, tapi meskipun sudah berlalu lama, kebenaran akan TERUNGKAP dan terbukti pak. Tuhan tidak tidur, Tuhan akan menghukum hamba-hambanya yang salah dan Tuhan akan menempatkan Bapak disisinya ditempat yang terbaik, karena jutaan rakyat yang kau tinggalkan saat itu, masih mencintai keberanianmu melawan kebusukan, bahkan kami sebagai penerus bangsa sangat rindu akan hadirnya sosok seperti dirimu Pak.

Pak, satu pertanyaan saya pak. Seandainya bapak masih ada, coba jawab kegelisahan saya pak. Mengapa wajah Bapak selalu berbeda-beda Pak? Apa mungkin Bapak punya kembaran? Apa mungkin bapak bukan orang sembarangan? Ya, saya yakin kalau Bapak bukan orang sembarangan. Karena Bapak, sudah memerdekakan Indonesia, itu hal yang istimewa Pak dan tidak dilakukan oleh orang yang sembarangan.

 
Kulit mungkin akan menua, mengendur, berkeriput, tapi ciri fisik gak akan berubah ya kan Pak? Seperti artis dibawah ini Pak :)
 
 
 Sumber foto google

  
Sumber foto google

ini foto abang saya Pak, kata orang mirip bapak waktu muda Pak :)

Terima Kasih Pak, atas jasa - jasamu. Kini kami, bisa baca webtoon dari luar maupun dalam negeri, tak tau apa yang terjadi jika saat ini kami masih jadi pekerja paksa dan dijadikan romusha. Terima Kasih para pahlawan yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu semuanya, diwakilkan oleh Pak Hatta, Pak Sudirman, Pak Yani, Pak Agus dan semuanya. Semoga amal ibadah para pahlawan yang telah membela Bangsa Indonesia diterima disisiNYA dan ditempatkan ditempat yang terbaik oleh Allah SWT, aamiin.

Mohon maaf apabila banyak terjadi kesalahan, kekeliruan dalam penulisan artikel ini, sesungguhnya saya hanya manusia biasa, yang tak sempurna dan kadang salah, namun dihatiku hanya satu, cinta untukmu luar biasa *jangan dinyanyiin tolong bacanya*. Selamat ulang tahun ya PAK :)